Headline News

Bertani Berkelanjutan, Solusi Bertani yang Ramah Lingkungan

Avatar
873
×

Bertani Berkelanjutan, Solusi Bertani yang Ramah Lingkungan

Sebarkan artikel ini
Bertani Berkelanjutan, Solusi Bertani yang Ramah Lingkungan
Ketgam: Foto Babinsa Konut Kerja bakti pemangkasan rumput di lokasi pertanian.

KONAWE UTARA, SULTRASATU.COM – Dewasa ini gaya hidup sehat sudah merupakan keharusan, sudah banyak kaum-kaum urban terkhusus milenial yang bahkan menjadikan lifestyle healthy food sebagai sesuatu yang harus diikuti agar tidak ketinggalan zaman.

Ketgam Foto bersama Kodim, Babinsa Konut, Camat Motui dan Kades Matandahi bersama masyarakat dalam membudidayakan tanaman sorgum
Ketgam: Foto bersama Kodim, Babinsa Konut, Camat Motui dan Kades Matandahi bersama masyarakat dalam membudidayakan tanaman sorgum.

Termasuk dalam memilih bahan baku untuk masakan yang akan diolah dan di konsumsi.

Salah satunya memilih sayuran dan pangan organik yang yang juga bisa melestarikan konservasi sumber daya alam guna menciptakan keseimbangan ekosistem dan produktivitas bertani.

Tumbuhan dan pangan yang ditanam secara organik merupakan salah satu bentuk dari sistem bertani yang berkelanjutan.

Maksudnya, suatu sistem yang menggunakan energi lebih sedikit, meminimalkan jejak ekologi, lebih ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan serta tidak akan merusak unsur hara tanah, dan penggunaan lahan tanam yang minim.

BACA JUGA:  Bupati Surunuddin Lakukan Pelantikan Terhadap Tiga Pejabat Pemda Konsel

Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Tati Maharani, S.P., M.P., menjelaskan, tidak dapat dipungkiri, bahwa sistem pertanian modern yang saat ini banyak digunakan oleh petani membawa dampak negatif bagi lingkungan.

Maraknya penggunaan pupuk kimia, pestisida, herbisida dan eksploitasi lahan yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, tanah, air, dan mikroorganisme sekitar.

“Ada beberapa aspek dan tiga prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan yang harus terpenuhi yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan ekologi, dan keberlanjutan sosial,” ujar Tati saat di wawancarai Jurnalis SULTRASATU.COM.

Menurut Tati, aspek pertama sistem bertani ekonomi berkeberlanjutan, harus mampu menjaga kualitas tanah yang ditanam agar selalu baik sehingga dengan kualitas media tanam yang baik dapat terus meningkatkan produksi pertanian dan dapat terus dipertahankan hingga jangka panjang.

BACA JUGA:  Dinas Cipta Karya Sultra Sarankan Galian C Nambo Ditutup Sementara

Kedua, pada sisi keberlanjutan ekologi atau lingkungan, sistem bertani yang dilakukan oleh petani harus memikirkan bagaimana mendaur ulang sumber daya yang ada.

Dan terakhir, adalah aspek keberlanjutan sosial, dimana, pada sistem bertani cara ini, seorang petani atau pelaku usaha tani harus mampu memaksimalkan dan menyerap sumber daya manusia.

“Di samping itu, harus memperhatikan lingkungan sekitar agar masyarakat yang bermukim di sekitar area bertani tidak merasa terganggu atau pun dirugikan dari usaha tani yang dilakukan,” katanya.

BACA JUGA:  Bupati Ruksamin Bersama Warganya Sambut Tahun 2024 dengan Refleksi Pembangunan Konawe Utara

Masih Tati, Sistem bertani berkelanjutan merupakan suatu solusi bertani pada masa depan yang harus di dukung oleh pemerintah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan kelompok tani.

“Tujuanya, agar tanah dan segala unsur hara yang terdapat di dalamnya dapat terus dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya yang diharapkan dapat menggeser sistem bertani konvensional yang masih banyak menggunakan zat kimiawi dan tidak ramah lingkungan,” bebernya.

Dalam penjelasan sistem bertani berkelanjutan, dihadiri Dandim 1430/Konawe Utara (Konut), Komisaris Utama PT Ana Wonua Pertanian H.Rusmin Abdul Gani, SE, Sertu Muh Aldin afrilla, Camat Motui Sudomo SE. Kades Matandahi Hasrudin. (SS/Ed)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!