KONAWEUTARA, SULTRASATU.COM- Wakil Ketua DPRD Konut Konawe Utara (Konut), Muhardin, S.Pd menyoroti penanganan banjir di Konut yang membuat derita rakyat belum surut.
Salah satu solusi penanganan banjir yakni, pembangunan Jembatan Bailey di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), hingga kini belum juga menunjukkan progres berarti. Meskipun situasi darurat banjir telah berlangsung lebih dari sebulan.
Masyarakat yang mengandalkan jalur Trans Sulawesi penghubung Kendari-Morowali batas Sulawesi Tenggara (Sultra)-Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai akses utama kini harus bersabar menunggu kejelasan pembangunan jembatan Bailey dari BPJN Sultra.
“Kami sebagai perwakilan rakyat menyampaikan bahwa harapan masyarakat bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan jeritan yang menggantung hingga saat ini belum ada realisasi lapangan,” kata Muhardin, Senin (21/04/2025).
Kondisi darurat di Desa Sambandete, akibat terputusnya akses jalan trans Sulawesi karena banjir yang belum surut, masih menyisakan derita yang dalam bagi rakyat.
“Janji-janji pembangunan infrastruktur darurat dari BPJN Sultra, seperti Jembatan Bailey hingga kini belum mampu menjawab kebutuhan nyata warga di lokasi banjir ruas jalan trans sulawesi Sambandete,” terangnya.
Sementara itu, penderitaan warga terus berlanjut, harga sembako melambung, dan akses ekonomi lumpuh. Harapan yang dijanjikan, kini diuji oleh kenyataan yang getir.
“Air yang menggenang seolah menjadi simbol betapa kurangnya perhatian BPJN Sultra terhadap kondisi masyarakat. Selama kiriman dan BWS Sultra, air dari Routa, hulu Sungai Lalindu, terus datang, banjir pun tak mampu disiratkan,” bebernya.
Muhardin menyerukan kepada seluruh pihak berwenang, jangan lagi membiarkan rakyat hanya hidup tanpa realitas. Wujudkan kepedulian nyata, karena rakyat tak butuh ekspektasi, mereka butuh solusi.
“Jangan biarkan derita ini menjadi babak panjang tanpa akhir. Kami di Bumi Oheo akan terus bersuara, menyuarakan kepentingan mereka yang paling terdampak,” jelas Muhardin.
Selain itu, Muhardin mengatakan kondisi banjir saat ini masih terbilang normal namun sudah menggenangi ruas jalan dan beberapa rumah masyarakat di dua kecamatan, empat titik desa.
Dari data yang himpun, di Desa Puuwanggudu, sebanyak 58 kepala keluarga (KK) atau 231 jiwa terdampak. Banjir juga merendam 20 rumah dan satu rumah ibadah.
Sementara itu, di Desa Alaa Wanggudu, terdapat 6 KK atau 30 jiwa terdampak, dengan 7 rumah terendam banjir. Kemudian di Desa Wanggudu Raya, 1 KK atau 2 jiwa terdampak, dan 1 rumah ikut terendam air.
“Kami di Dewan juga antisipasi banjir besar antara bulan Mei sampai Juli. Tentunya berbagai langkah preventif bersama pemerintah terus melakukan koordinasi dan Forkopimda,” terangnya.
Untuk Desa Walalindu Akses terputus yang mengakibatkan jembatan penghubung dari desa Andedao ke walalindu terendam degan ketinggian 2 meter Sedangkan di Desa Laronanga, banjir berdampak pada 35 KK atau 140 jiwa, dengan 17 rumah yang terendam. (SS/ED)