CIREBON, SULTRASATU.COM – Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., M.A., melakukan pertemuan audiensi ke Rutan Kelas I Cirebon, Selasa (30/8/22)
Kunjungan dilakukan dalam rangka menjalin silahturahmi dan sinergitas antara PPWI dengan Rutan di Ruang Aula Sekretariat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Rutan Kelas I Cirebon, Jawa Barat.
Kedatangan jajaran PPWI disambut langsung Kepala Rutan Kelas I Cirebon, Reinharet Ginting, A.Md.I.P., S.H., M.H. Hadir juga mendampingi Karutan Ginting para pejabat utama Rutan, antara lain Kasi Yantah, Ahmad Fauzi; Kasubsi Keuangan dan Perlengkapan, Hadi Purnomo; Kasubsi Adper, Tata, S.H.; Kasubsi Bimgiat, Latif Sudrajat; Kaur Tata Usaha, Andri Himawan; dan Kasubsi BHPT, Fuad Hasan.
Audiensi dibuka Ketua Umum PPWI dengan memperkenalkan jajarannya yang sempat hadir dalam temu audiensi tersebut. Dari pantauan media, hadir pada kesempatan itu mendampingi Ketum PPWI, yakni Winarsih, S.Pd dan Andry Setiawan, S.H, serta sejumlah Pengurus DPC-PPWI Cirebon Raya, Cahyo Raharjo dkk; dan DPC-PPWI Indramayu, Warjani dkk.
Ketua PPWI Wilson Lalengke mengatakan, maksud dan tujuan kunjungan ke Rutan Kelas I Cirebon untuk membangun hubungan silahturahmi dan persaudaraan dengan pihak pengelola Rutan maupun para warga binaan.
Menurutnya, Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan secara substantif merupakan lembaga pendidikan dan latihan (lembaga diklat) kehidupan bagi para tahanan dan/atau warga binaan.
“LP sebenarnya lebih tepat diartikan sebagai Lembaga pendidikan dan latihan kehidupan nyata. Lembaga pendidikan yang sama dengan lembaga pendidikan formal biasa, hanya cara pendaftarannya saja yang berbeda,” katanya.
“Di LP pendidikannya lebih pada praktek kehidupan bermasyarakat dan bernegaraKalau di sekolah-sekolah umum, pelajarannya lebih dominan teori saja,” tambah Wilson Lalengke yang merupakan mantan tahanan (narapidana) akibat kriminalisasi oleh Polres Lampung Timur beberapa waktu lalu.
Wilson melanjutkan, ada beberapa program utama dari PPWI untuk warga Rutan dan Lapas, antara lain membangun kepedulian masyarakat dengan pola pikir yang lebih progresif dengan cara meyakinkan masyarakat bahwa mantan tahanan atau narapidana sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan selama ini.
Menurut Wilson, mantan tahanan adalah kalangan warga negara yang berani dan bertanggung jawab, mereka telah membayar lunas utang perbuatan yang dicap salah oleh negara dengan menjalani masa hukuman sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
“Mantan warga binaan adalah ibarat permata yang sudah dibentuk, dipoles, diasah, dan dibersihkan hingga mengkilat bersinar oleh para pembina/wali di rutan-rutan dan lapas. Para mantan tahanan seumpama batu mulia yang mahal harganya setelah belajar dan berlatih hidup bermasyarakat di dalam penjara. Jadi, mereka jangan dikucilkan, justru harus diterima kembali bermasyarakat dan hidup secara damai berdampingan dengan warga lainnya,” jelas Alumni PPRA-48 Lemhannas RI Tahun 2012.
Wilson Lalengke berharap agar para warga tanahan/narapidana dapat diberikan pembekalan ketrampilan secara maksimal supaya dapat melanjutkan kehidupan dengan modal ketrampilannya saat sudah selesai menjalani masa diklat kehidupannya di rutan maupun lapas.
“Bisa juga dengan memberikan pelatihan-pelatihan keahlian, hingga dia bisa disertifikasi kompetensinya saat di rutan dan lapas. Jadi ketika keluar dari rutan dan lapas, mereka membawa pulang ijazah/sertifikat keahlian yang dapat digunakan saat mencari peluang kerja di masyarakat,” ujarnya.
Masyarakat, lanjut Wilson Lalengke, perlu membuang jauh-jauh stigma negatif terhadap para mantan tahanan/narapidana yang selama ini memandang para mantan napi adalah penjahat yang harus dijauhi, disingkirkan, dan dibenci.
“Kita harus menyadari bahwa para mantan narapidana dan tahanan adalah bagian dari bangsa ini, bagian dari warga negara Indonesia, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama di negara ini. Pemerintah harus terus-menerus mendorong untuk penghapusan stigma negatif masyarakat terhadap mantan tahanan,” kata lulusan pasca sarjana bidang Etika Terapan dari Universitas Utrecht, Belanda, ini.
Sementara itu, Kepala Rutan mengucapkan terima kasih atas kunjungan dari PPWI, hal ini merupakan suatu kehormatan dapat dikunjungi oleh Ketua Umum PPWI beserta jajarannya bersama pengurus DPC-PPWI Cirebon Raya dan DPC-PPWI Indramayu.
“Semoga hubungan ini menjadi awal sinergitas yang baik dan kontinu, dan menghasilkan output yang positif. Dengan paradigma rutan dan lapas sekarang ini yang sudah berubah menjadi reintegrasi sosial dalam membina warga binaan, haruslah kami mendapatkan input, masukan, dan saran, agar bisa dihasilkan output yakni warga binaan yang baik saat bebas nanti,” ujar Ginting.
Pada kesempatan itu, PPWI menyampaikan ucapan terima kasih kepada Karutan dan jajaran atas kerja kerasnya dalam melakukan pembinaan terhadap para peserta Diklat Kehidupan atau warga binaan selama ini. PPWI juga memberikan bibit pohon untuk ditanam di lingkungan Rutan. Secara khusus, DPN PPWI menyampaikan Piagam Penghargaan kepada salah satu pejabat Rutan Cirebon atas nama Tata, S.H. yang secara langsung telah membantu PPWI Cirebon dan PPWI Nasional.
Kepala Rutan melalui Pengelola Kehumasan dan Protokoler Rutan Cirebon, Bagus Sumbadi, menambahkan bahwa audiensi berjalan lancar dan penuh kekeluargaan. Pertemuan audiensi itu diakhiri dengan acara berfoto bersama. (Red)