Metro Kota

Forum UKM IKM Sultra bersama PLN Kendari Salurkan Bantuan Kepada Pelaku Usaha

Avatar
2191
×

Forum UKM IKM Sultra bersama PLN Kendari Salurkan Bantuan Kepada Pelaku Usaha

Sebarkan artikel ini

KENDARI, SULTRASATU.COM – Forum Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Idustri Kecil dan Menengah (IKM) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama PLN Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Kendari menyerahkan alat cetak batako dan paving blok kepada calon pelaku usaha di Sultra, Kamis (25/8/2022).

Ketua Forum UKM IKM Sultra, Dr. H. Abdul Hakim, SE.MS, mengatakan bantuan alat cetak yang diberikan kepada para calon wirausaha telah mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kendari.

“Kami dari forum IKM mendorong membina memotivasi adek-adek yang sudah dilatih supaya betul-betul bisa jadi wirausaha,” kata Abdul Hakim.

Pihak UKM juga mendorong semangat anak muda dengan membantu menyediakan peralatan usaha, sehingga mampu berkembang menjadi wirausaha.

“Cukup sediakan tempat, bahkan kita juga sudah mencetakkan spanduk dan nama usaha nya juga sudah ada kita memberikan juga nama brand para pengusaha ini,” ujar Abdul.

Ia menuturkan hari ini hanya sebagai langkah awal dalam menciptakan wirausaha. Kedepan Ia berharap bisa bermitra dengan dinas koperasi UKM atau dinas-dinas lain untuk menumbuhkan wirausaha di Sultra.

BACA JUGA:  Tempati Gedung Baru, Pemkot Ikuti Ritual Adat Tolaki

“Kita berharap para penerima bantuan ini bisa memanfaatkan peralatan yang sudah kita berikan. Juga diharapkan bisa mengurangi kesenjangan sosial, mengurangi pengangguran,” harap Abdul Hakim.

Sementara itu, Perwakilan dari PLN UPDK Kendari, Rudi mengungkapkan pemanfaatan hasil pembakaran batu bara berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) PLTU NII Tanasa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, bahwa FABA bukan lagi sebagai limbah B3 tetapi masuk pada limbah non-B3 terdaftar.

FABA tersebut digunakan sebagai perekat atau semen dalam komposisi pembuatan batako atau paving blok.

“Hal ini menjadi kewajiban PLN agar limbah tersebut tidak menimbulkan masalah karena ini bukan lagi masuk pada kategori limbah dan dapat dimanfaatkan, Saya harap ini bisa menjadi inovasi baru yang dapat dimanfaatkan dengan baik,” ungkap Rudi.

Bingkai Dispar

Bingkai ekoran dikbud bkad scaled

Lanjut dia, Campuran FABA untuk pembuatan batako dan paving blok tersebut mampu dihasilkan PLTU NII Tanasa dari hasil pembakaran batu bara dalam sehari sebanyak 15 hingga 20 ton. Dengan jumlah itu, maka akan sangat membantu para pelaku usaha mikro dan menengah untuk memajukan perindustrian di Sultra.

“Kami sangat bersyukur jika FABA dapat dimanfaatkan dan berguna bagi para pelaku usaha,” ucap Rudi.

Menurutnya, FABA dijadikan sebagai bahan bangunan sangat ramah lingkungan dan tidak berbahaya, selain itu, sangat relatif lebih aman ketika sudah tercampur dengan material bahan bangunan lainnya.

“Sudah diteliti juga tidak ada kandungan berbahaya, pihak lingkungan hidup,” pungkas Rudi.

Salah seorang calon binaan wirausaha penerima bantuan, Safar mengungkapkan awalnya belum paham untuk pembuatan batako. Namun, setelah mengikuti pelatihan di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sultra dirinya bisa lebih mendalami komposisi material untuk membuat batako dari FABA.

“Rencana mau buat di rumah, apalagi tempat tinggal dekat dengan bahan baku paba,” ungkap Safar.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las tersebut mengaku senang bisa mendapatkan ilmu mengembangkan potensi berwirausaha, apalagi pihak Yayasan Baitul Mal (YBM) membantu dengan modal usaha berupa uang tunai dan peralatan membuat batako dan paving blok.

Pamanfaatan FABA juga sangat dirasakan Amri selaku pengasuh pondok pesantren Baron, penggunaan batako atau paving blok tersebut di lingkungan pondok pesantren sangat bagus dan kuat.

“Kualitasnya bisa dikatakan lebih kuat dibandingkan paving blok yang di luar sana yang cuma terbuat dari semen dan pasir, bahkan tukang yang memotong pun mengatakan kalau ini lebih keras,” jelas Amri.

Amri mengucapkan terimakasih kepada YBM PLN UPDK Kendari telah menyumbangkan paving blok secara gratis untuk Pesantren Baron yang terletak di Puuwatu tersebut.

Dirinya tidak merasa khawatir dengan bahan dasar yang terbuat dari limbah batu bara itu karena menganggap hal tersebut sudah tidak tergolong limbah saat dimanfaatkan.

“Kekhawatiran untuk efeknya tidak ada,” jelas Amri. (AR)