KENDARI, SULTRASATU.COM- Polemik seputar aktivitas PT ST Nikel Resource di Sulawesi Tenggara terus memancing perhatian publik. Sorotan tajam datang dari berbagai kalangan, terutama para aktivis lokal yang menilai bahwa kehadiran perusahaan tambang ini belum memberikan kontribusi yang adil bagi masyarakat sekitar.
Tokoh pemuda sekaligus aktivis senior dan pemerhati lingkungan, La Songo, akhirnya angkat bicara saat ditemui di Kendari, Rabu (30/04/25).
Dalam pernyataannya, ia memberikan kritik keras namun konstruktif terhadap perusahaan, terutama terkait aktivitas hauling menggunakan jalan umum dan lemahnya komunikasi sosial.
“Layaknya tamu yang baik, jika ingin tinggal lama, sebaiknya tahu diri dan tahu aturan,” sindir La Songo, menanggapi aksi penahanan truk oleh sejumlah aktivis sebagai bentuk protes.
Mantan Ketua HMI Cabang Kendari ini menekankan pentingnya perbaikan menyeluruh di tubuh PT ST Nikel Resource, baik dari sisi administratif maupun sosial.
Ia menyoroti perlunya kehadiran perwakilan perusahaan yang memahami dinamika lokal, bukan sekadar pandai menjalin hubungan dengan pejabat.
“Jangan hanya menggandeng institusi dan pemerintah, tapi malah memunggungi putra daerah. Mereka bukan musuh, mereka hanya butuh didengar,” ujarnya.
La Songo juga menyinggung praktik hauling di jalan umum yang dinilai melanggar aturan.
“Kalau masih bersikeras bahwa hauling di jalan umum itu sah-sah saja, ya mohon maaf—berarti kita hidup di dunia paralel yang tidak kenal peraturan,” cetusnya sinis.
Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis, komitmen terhadap keselamatan lingkungan, serta transparansi terhadap masyarakat lokal.
“Kalau ada dokumen yang belum lengkap, segera lengkapi. Kalau ada pelanggaran, segera benahi. Jangan sampai perusahaan besar tapi sensitif terhadap kritik. Karena yang seperti itu biasanya bukan besar, cuma bising,” kata La Songo tegas.
Meski lantang mengkritik, La Songo menegaskan bahwa ia bukan anti-investasi.
“Saya dukung PT. ST Nikel Resource. Tapi mendukung bukan berarti membiarkan. Saya ingin perusahaan ini eksis jangka panjang, bukan hanya lari cepat lalu tersandung di tengah jalan karena enggan mendengar suara-suara kecil dari kampung,” ujarnya.
Sebagai penutup, La Songo yang juga Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) menyampaikan ajakan terbuka.
“Kami siap bantu, asal perusahaan juga mau terbuka. Kritik ini bukan untuk dijauhi, tapi untuk ditanggapi. Karena kadang, yang kita anggap batu sandungan, justru bisa jadi pijakan,” imbunnya.
Artikel ini disusun sebagai bentuk kritik konstruktif yang bertujuan memberikan masukan yang logis dan atau memberikan masukan yang positif agar ada evaluasi terhadap kinerja dengan tujuan yang baik.
Oleh karena itu apabila terdapat pihak yang merasa dirugikan atau ingin memberikan klarifikasi maupun tanggapan, kami dengan senang hati membuka ruang untuk itu, sejalan dengan komitmen kami terhadap prinsip jurnalisme (cover both sides) yang adil dan berimbang. (SS/ED)
